environesia.co.id – Rumah kaca bagi para petani berfungsi sebagai penyedia ruangan untuk media tanam dengan suhu yang stabil di berbagai cuaca dan musim. Cara kerjanya rumah kaca tersebut adalah merangkap suhu panas di ruangan tersebut dari pantulan sinar matahari. Sedangkan efek rumah kaca sendiri adalah panas dari sinar bumi yang dipantulkan dan terperangkap di atmosfer. Akibatnya suhu di bumi lebih stabil antara siang hari dan malam hari di berbagai musim. Jika tak memiliki efek rumah kaca, maka suhu bumi akan tidak stabil secara drastis antara siang dan malam di berbagai musim.
Efek rumah kaca sendiri tersusun dari beberapa gas rumah kaca seperti CO2 (Karbon dioksida), H2O (Uap Air), CH4 (Metana), CFC (Chloro Flouro Carbon), N2O (Dintrogen Oksida) dan O3 (Ozon). Masing-masing gas tersebut memiliki pengaruh yang berbeda-beda dalam pembentukan efek rumah kaca pada atmosfer. Seperti O3 (ozon) sebagai menghalang sinar ultraviolet dari Matahari yang memancar di bumi atau CO2 (Karbon dioksida) sebagai penyerap panas matahari di bumi yang menstabilkan suhu malam hari dan siang hari. Gas-gas tersebut secara keseluruhan bekerja seperti kaca dimana memantulkan dan menyerap panas matahari yang ada di permukaan bumi.
Meningkatnya industri pada abad ke 20, meningkat juga produksi gas karbon yang ada di bumi. Peningkatan jumlah gas karbon tersebut, terjadi hingga saat ini. Latar belakang gas karbon yang meningkat karena penggunaan bahan bakar fosil yang tinggi seperti batu bara, minyak bumi dan lain sebagainya. Dampaknya terlihat pada peningkatan suhu di permukaan bumi akibat efek rumah kaca tersebut atau yang kita kenal saat ini dengan istilah pemanasan global atau global warming.
Faktor lain yang memperparah pemanasan bumi termasuk diantaranya deforestasi semakin meluas serta produksi gas metan dari pertanian peternakan. Deforestasi dimana pengurangan luas hutan yang semakin meluas akibat alih fungsi hutan menjadi lahan komersil untuk kepentingan manusia. Seperti yang kita tahu hutan sendiri merupakan paru-paru bumi sebagai penyaring karbon dioksida untuk menjadi oksigen atau penyaring gas-gas lain.
Jika suhu permukaan bumi meningkat maka akan terjadi pencairan es yang ada di kutub utara dan selatan akibatnya permukaan air laut semakin tinggi, dan daratan semakin berkurang. Tak hanya itu, lapisan ozon akan semakin menipis sehingga sinar ultraviolet matahari tak terserap, dimana sinar ultraviolet pada matahari sangat berbahaya bagi makhluk hidup termasuk manusia dan binatang.
Dapat dikatakan upaya penanggulangan dampak negatif dari efek rumah kaca di abad 21 ini sangat rumit. Dimana peradaban manusia sudah sangat tergantung pada penggunaan bahan bakar fosil di setiap sudut aktivitas kehidupannya. Akan tetapi bukan berarti hal tersebut mustahil untuk mewujudkan pengurangan gas emisi sebagai penyebab pemanasan global. Sedikit demi sedikit diperlukannya kesadaran masing-masing individu dan kelompok serta diimbangi kebijakan regional dan global yang berkomitmen pada kesadaran lingkungan hidup. (admin/dnx)