Leading the Way in

Environmental Insights

and Inspiration

Leading the Way in
Environmental Insights and Inspiration

Metamorfosis Lahan Tambang: Dari Tandus Menjadi Subur

Environesia Global Saraya

14 February 2025

Pertambangan adalah proses ekstraksi mineral dan bahan tambang dari bumi. Aktivitas ini melibatkan penambangan bahan berharga seperti emas, perak, tembaga, batu bara, dan mineral industri seperti pasir, kerikil, dan batu gamping. Berbagai metode pertambangan memiliki karakteristik unik yang mempengaruhi efektivitas dan dampaknya terhadap lingkungan. Memilih metode yang tepat bergantung pada jenis mineral, kedalaman deposit, dan kondisi geologis. Berikut merupakan jenis-jenis dari metode pertambangan:
  1. Pertambangan Terbuka (Open-Pit Mining):
  • Digunakan untuk menambang mineral yang berada dekat permukaan.
  • Metode ini melibatkan penggalian area luas dan penciptaan pit untuk ekstraksi mineral.
  1. Pertambangan Bawah Tanah (Underground Mining):
  • Digunakan untuk mineral yang berada jauh di bawah permukaan.
  • Memerlukan pembuatan terowongan dan lubang untuk mencapai deposit mineral.
  1. Pertambangan Permukaan (Surface Mining):
  • Melibatkan pengupasan lapisan tanah dan batu untuk mengakses mineral yang terletak di bawahnya.
  • Termasuk metode strip mining dan mountaintop removal.
Namun, industri pertambangan menghadapi berbagai tantangan utama, termasuk dampak lingkungan signifikan seperti pencemaran air, kerusakan tanah, dan deforestasi akibat pembukaan lahan dan pembuangan limbah yang merusak habitat. Kesehatan dan keselamatan pekerja juga menjadi isu kritis dengan risiko tinggi dari paparan bahan berbahaya dan kecelakaan kerja. Pengelolaan sumber daya yang buruk dapat menyebabkan eksploitasi berlebihan dan penurunan kualitas mineral, sementara konflik sosial dengan komunitas lokal sering muncul akibat dampak negatif terhadap kehidupan dan hak atas tanah mereka. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pengelolaan berkelanjutan, melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan, dan memastikan manfaat ekonomi yang adil.
Selain itu, yang sangat menjadi hal yang paling krusial adalah penutupan lahan bekas tambang. Penutupan lahan bekas tambang adalah tahap krusial dalam siklus hidup operasi pertambangan, yang bertujuan untuk memulihkan dan mengelola dampak lingkungan yang ditinggalkan setelah aktivitas penambangan berakhir. Proses ini melibatkan serangkaian langkah sistematis untuk memastikan bahwa area bekas tambang dikembalikan ke kondisi aman dan stabil. Terdapat langkah-langkah utama dalam penutupan tambang yang harus diperhatikan seperti:
  1. Perencanaan Penutupan Tambang: Perencanaan adalah langkah pertama yang penting dalam penutupan tambang. Rencana penutupan harus mencakup:
  • Penilaian Lingkungan: Melakukan evaluasi terhadap kondisi lingkungan saat ini dan potensi dampak jangka panjang.
  • Strategi Reklamasi: Mengembangkan strategi untuk memperbaiki lahan dan mengelola tailing serta limbah.
  • Komunikasi dengan Stakeholder: Melibatkan masyarakat lokal, regulator, dan pihak terkait lainnya dalam proses perencanaan.
  1. Pengelolaan Tailing dan Limbah: Pengelolaan tailing adalah bagian penting dari penutupan tambang.
  • Stabilisasi dan Penutupan: Menstabilkan tailing untuk mencegah erosi dan kontaminasi, sering kali dengan menutupnya dengan material pelindung dan menanam vegetasi.
  • Pemantauan: Melakukan pemantauan berkelanjutan untuk memastikan bahwa tailing tidak mencemari lingkungan.
  1. Reklamasi Lahan: Proses reklamasi bertujuan untuk mengembalikan lahan bekas tambang ke kondisi yang aman dan produktif.
  • Penambahan Tanah dan Pupuk: Menambahkan tanah subur dan pupuk untuk meningkatkan kesuburan.
  • Penanaman Vegetasi: Menanam tanaman untuk mencegah erosi dan meningkatkan stabilitas tanah.
  1. Penanganan Air dan Pengolahan: Mengelola air yang tersisa dari kegiatan penambangan.
  • Pengolahan Air: Mengolah air yang tercemar untuk memenuhi standar lingkungan sebelum dibuang atau digunakan kembali.
  • Manajemen Drainase: Mengatur sistem drainase untuk menghindari pencemaran air tanah dan permukaan.
  1. Pemantauan dan Evaluasi: Setelah penutupan, pemantauan berkelanjutan diperlukan untuk memastikan bahwa semua aspek penutupan berfungsi dengan baik.
  • Pemantauan Lingkungan: Mengukur kualitas tanah, air, dan udara untuk memastikan bahwa tidak ada dampak negatif yang berlanjut.
  • Evaluasi Kinerja: Menilai keberhasilan penutupan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.
  1. Tindakan Korektif dan Perbaikan: Jika masalah terdeteksi selama pemantauan maka diperlukan tindakan korektif maupun perbaikan.
  • Identifikasi Masalah: Mengidentifikasi dan menganalisis masalah yang muncul.
  • Perencanaan Tindakan Korektif: Mengembangkan rencana untuk mengatasi masalah dan melaksanakan perbaikan yang diperlukan.
Penutupan tambang memerlukan teknologi dan metode yang efektif untuk mengurangi dampak lingkungan dan memulihkan area bekas tambang. Teknologi dan metode yang dapat dilakukan untuk penutupan tambang:
  1. Reklamasi dengan Teknologi Komposting
  • Aerobic Composting: Menggunakan teknik seperti windrow dan in-vessel composting untuk mengolah bahan organik yang dihasilkan selama penutupan.
  • Anaerobic Digestion: Menggunakan proses anaerobik untuk menguraikan limbah organik dan menghasilkan biogas.
  1. Soil Amelioration dan Penggunaan Mikroorganisme
  • Soil Amelioration: Meningkatkan kualitas tanah dengan menambahkan bahan organik, kapur, dan pupuk.
  • Mikroorganisme: Menggunakan bibit mikoriza untuk memperbaiki kualitas tanah dan mendukung pertumbuhan tanaman.
  1. Hydroseeding dan Penanaman Vegetasi
  • Hydroseeding: Teknik penyebaran benih, pupuk, dan mulsa menggunakan semprotan untuk mempercepat revegetasi.
  • Penanaman Tanaman Pionir: Memilih tanaman yang cocok untuk kondisi tanah bekas tambang untuk memulai proses pemulihan.
  1. Pengelolaan Tailing dan Teknologi Terkait
  • Stabilisasi Tailing: Menggunakan teknik stabilisasi untuk mengurangi risiko pencemaran.
  • Pemanfaatan Tailing: Mengolah tailing untuk digunakan kembali dalam konstruksi atau bahan bangunan.
Penutupan tambang yang efektif tidak hanya penting untuk pemulihan lingkungan tetapi juga untuk menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah kerusakan jangka panjang pada ekosistem. Proses ini membutuhkan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang hati-hati, dan pemantauan yang terus-menerus untuk memastikan bahwa semua dampak negatif dari pertambangan dapat diminimalkan.

Environesia Global Saraya

13 May 2024

environesia.co.id, Yogyakarta - Pencemaran udara, yang berasal dari emisi dan mengalami transportasi, dispersi, atau pengumpulan, merupakan masalah serius yang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Unsur-unsur seperti iklim, cuaca, topografi, geografi, bangunan, dan faktor antropogenik secara komprehensif membentuk pola penyebaran bahan pencemar di atmosfer.

Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran polutan adalah stabilitas atmosfer. Stabilitas atmosfer adalah metode untuk mengklasifikasikan kemampuan atmosfer dalam mencampur dan mencairkan polutan dengan udara. Konsentrasi polutan di suatu lokasi tertentu dipengaruhi oleh sejumlah variabel seperti tingkat emisi, jarak penyebaran, pengaruh angin, dan kondisi atmosfer.

Kecepatan penyebaran polutan juga dipengaruhi oleh faktor meteorologi, salah satunya adalah kecepatan angin. Polutan di udara menyebar secara horizontal dan vertikal karena dipengaruhi oleh arah dan kecepatan angin. Kecepatan angin yang besar dapat menyebabkan pengenceran polutan udara dan mempercepat dispersi pencemar di udara.

Variasi suhu udara juga memainkan peran penting dalam penyebaran polutan. Suhu udara dapat mempengaruhi turbulensi atmosfer dan terjadinya reaksi kimia. Suhu udara yang tinggi dapat mengurangi konsentrasi polutan dan memungkinkan pembentukan partikel-partikel ringan dari bahan pencemar udara.

Selain itu, topografi juga memiliki pengaruh yang signifikan. Misalnya, di dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke seluruh penjuru, sementara di pegunungan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi. Faktor-faktor seperti ketinggian, tata letak, kontur tanah, dan vegetasi juga perlu dipertimbangkan dalam analisis penyebaran polutan.

Dalam mengatasi masalah pencemaran udara, pemahaman yang mendalam tentang faktor-faktor yang memengaruhi penyebaran polutan sangat penting. Dengan pemahaman ini, langkah-langkah mitigasi yang efektif dapat diambil untuk melindungi kualitas udara dan kesehatan masyarakat. (admin/dkx)

Penulis: Andi Muhammad Faisal, S.T.

Referensi:

  • Machdar Izarul. 2018. Pengantar Pengendalian Pencemaran (Pencemaran Air, Pencemaran Udara, dan Kebisingan). Yogyakarta: Budi Utama
  • Tri Cahyono. 2017. Penyehatan Udara. Yogyakarta: Andi Offset

Environesia Global Saraya

15 February 2024

environesia.co.id, Yogyakarta - Perkembangan sebuah kota sebagai pusat berbagai aktivitas seperti pemerintahan, perdagangan, industri, dan jasa telah memberikan dampak yang signifikan pada arus urbanisasi dan pertambahan penduduk. Namun, urbanisasi juga membawa dampak negatif terhadap lingkungan, terutama melalui produksi polusi dan modifikasi sifat fisik dan kimia atmosfer. Dampak tersebut juga tercermin dalam peningkatan emisi CO2, yang telah terbukti menjadi penyumbang terbesar terhadap perubahan iklim.

Menurut data dari National Aeronautics and Space Administration (NASA), konsentrasi karbon dioksida (CO2) dalam atmosfer terus meningkat dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan pada periode April-Juni 2022, konsentrasi CO2 mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Pertumbuhan penduduk dan konsumsi energi fosil di Indonesia juga menjadi faktor utama dalam peningkatan emisi CO2.

Dalam mengatasi tantangan ini, penting untuk mengadopsi konsep pembangunan kota hijau yang berkelanjutan yang mencakup penggunaan energi baru terbarukan sebagai solusi untuk mengurangi emisi karbon. Beberapa sumber energi terbarukan yang potensial di Indonesia meliputi angin, geothermal, hydropower, surya, dan biomassa. Selain itu, perubahan pola hidup manusia juga perlu didorong untuk mencapai dekarbonisasi. Ini termasuk aspek infrastruktur, bangunan, dan mobilitas.

  1. Infrastruktur Cerdas: Pembangunan infrastruktur cerdas dapat membantu menekan penggunaan energi dengan efisiensi yang lebih baik. Contohnya adalah penggunaan meteran listrik yang cerdas, penyediaan stasiun pengisian listrik, dan penggunaan energi terbarukan dalam infrastruktur kota seperti lampu jalan tenaga surya.
  2. Bangunan Cerdas: Bangunan yang cerdas dapat membantu mengurangi konsumsi energi individu dengan memanfaatkan dan menyimpan energi matahari, memaksimalkan penggunaan cahaya alami, dan menggunakan otomatisasi untuk efisiensi energi.
  3. Mobilitas Cerdas: Sistem transportasi yang cerdas dapat membantu menekan penggunaan energi melalui penggunaan transportasi umum dan kendaraan listrik.

Selain itu, penulis juga menekankan pentingnya Pendidikan Hijau sebagai investasi penting untuk masa depan. Pendidikan hijau ini akan membantu generasi sekarang (anak-anak) untuk memahami dan menerapkan pola hidup rendah karbon. Pembangunan sektor manusia ini akan membentuk low carbon society dimasa yang akan mendatang sehingga dapat memahami, menerapkan, serta menggunakan peralatan dan teknologi yang rendah karbon. (admin/dkx)

Penulis: Andi Muhammad Faisal, S.T.

Referensi:

  • Jacob Corvidae. 2021. Net Zero Cabon Cites: An Integrated Approach. World Economic Forum; Insight Report January 2021
  • Zulaicha et al. 2020. Analisis Determinasi Emisi CO2 di Indonesia Tahun 1990 – 2018. Directory Journal of Economic. Vol 2 No. 2
  • Zulkifli, Arif. 2015. Pengelolaan Kota Berkelanjutan. Yogyakarta: Grha Ilmu

Environesia Global Saraya

17 May 2023

environesia.co.id, Sukabumi - Menindaklanjuti kerjasama PT Environesia Global Saraya bersama Perhutani terkait Perijinan Pendirian Pabrik Serbuk Kayu Di Sukabumi Jawa Barat Tahun 2022 – PERHUTANI, Environesia menghadiri Rapat Koordinasi Pemeriksaan Formulir Kerangka Acuan (KA)) dalam rangka penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk Rencana Pembangunan Pabrik Serbuk Kayu di RPH Hajuang Barat BKPH Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Rapat ini diselenggarakan oleh Direktorat Pencegahan Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan (PDLUK), Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. pada Rabu, (17/5) secara daring melalui pranala Zoom Meeting.

Rapat ini dipimpin Kasubdit Pengembangan Sistem Kajian Dampak Lingkungan Usaha dan Kegiatan - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutana, Farid Mohammad, ST., M.Env, serta dihadiri oleh Tim Pakar, Instansi Pusat dan Instansi Daerah baik Instansi di Provinsi Jawa Barat maupun Instansi di Kab. Sukabumi. Tujuan dari rapat koordinasi tersebut untuk membahas langkah-langkah penyusunan AMDAL yang tepat dan komprehensif dalam rangka pembangunan pabrik serbuk kayu yang direncanakan.

Rapat ini bertujuan untuk merumuskan lingkup dan kedalam metode studi Amdal, sehingga dapat mengarahkan Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL) berjalan dengan efektif dan efisien. Selanjutnya PT Environesia Global Saraya menindaklanjuti seluruh Saran, Pendapat, dan Tanggapan yang telah disampaikan oleh para peserta Rapat.

Environesia sebagai Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan (LPJP) Amdal yang dipercaya oleh Perum Perhutani, berkomitmen untuk memberikan kontribusi terbaik dalam proses penyusunan AMDAL ini, sehingga Pembangunan Pabrik Serbuk Kayu yang direncanakan dapat memenuhi prinsip-prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan. (admin/dnx)

Environesia Global Saraya

12 May 2023

environesia.co.id, Sleman – Tepat 7 tahun pada 3 Mei 2023, Environesia sebagai perusahaan konsultan lingkungan terdepan di Indonesia, merayakan "7th Year Anniversary Environesia Melampaui Batas”. Dikarenakan berdekatan dengan masa libur Idul Fitri 1444 H  seremoni dilaksanakan pada Senin, 8 Mei 2023 di lantai 3 Grha Environesia dihadiri oleh seluruh tim Environesia Group.

Puncak acara dilakukan dengan pemotongan tumpeng bersama oleh Direktur Utama Saprian, S.T., M.Sc., beserta jajaran Direksi lain seperti Direktur Keuangan Ayu Ramayani, S.E.,M.Ak., Direktur Operasional & Pengembangan Bisnis Andi Muhammad Faisal, S.T. dan Manajer Konsultan Yusuf Wiryawan, S.T., M.Ling. Bertepatan dengan suasana bulan Syawwal, pada agenda tersebut dialnjutkan acara halal bi halal serta jamuan prasmanan untuk makan siang.

Direktur Utama Saprian, S.T., M.Sc. mengungkapkan kebahagiannya melihat Environesia berhasil sampai ke titik tersebut, tidak lain karena dukungan tim yang selalu solid serta mitra kerja yang loyal.

Acara utama kemudian dilanjutkan dengan agenda Environesia Social Care, di mana Environesia membagikan 150 paket sembako kepada masyarakat yang tinggal di sekitar Grha Environesia, tepatnya di RW 42, Karangjati, Sinduadi, Mlati, Sleman. Ketua RW 42.

Rahmat Yunus selaku Kepala RW 42,mengungkapkan kebahagiannya karena Environesia dapat berbagi dengan masyarakat sekitar. Ia berharap agar Environesia semakin maju dan sukses serta dapat kembali berkolaborasi dengan masyarakat di masa depan.

Direktur Utama Saprian, S.T., M.Sc. juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat karena telah menerima keberadaan Environesia di lingkungannya. Ia berharap bahwa Environesia dapat terus hadir dan memberikan kontribusi positif kepada masyarakat di masa yang akan datang.

Dengan rangkaian kegiatan yang meriah, Environesia berhasil merayakan ulang tahun ke-7 dengan penuh kebahagiaan dan makna. Semoga Environesia terus memberikan solusi lingkungan yang berkelanjutan dan inovatif, serta dapat memperkuat kemitraan dan kontribusinya kepada masyarakat. (admin/dnx)

footer_epic

Ready to Collaborate with Us?

Dengan layanan konsultasi lingkungan dan uji laboratorium yang telah tersertifikasi KAN, Environesia siap menjadi solusi untuk kemudahan dan efisiensi waktu dengan output yang berkualitas